Kamis, 12 Juli 2007


KUE LEKER CREPE ala vanjava:


Akhir-akhir kayaknya lagi ngetrend orang makan crepe, apalagi sejak crepe masuk ke Mall.

Crepe adalah kue tipis yang bisa diisi apa pun di dalamnya; mulai dari yang asin (atau disebut juga gallete) seperti sosis, ayam, tuna ataupun yang manis seperti pisang, coklat, nutella, strawberry; lalu dilipat. Aslinya makanan ini berasal dari benua eropa dan biasa disantap sebagai menu sarapan.



Sebelum crepes ini masuk ke mal, sebetulnya makanan ini juga banyak dijual sebagai jajanan anak SD atau di sekolah2. Namanya kue leker. Isi yang digunakan tidak seperti yang banyak di jual di mal beraneka ragam; isinya sederhana saja: pisang, coklat, kacang dan gula. Rasanya engga kalah tapi dari segi harga hanya 1/10-nya saja. Tapi memang sejak masuk mal, kue leker atau yang bahasa kerennya crepes jadi naek pangkat, naek pamor.



Kebetulan nemu penjual kue leker di deket sekolahan. Harganya Rp. 500/pcs. Enak. Tadinya sih cuman pengen beli 1, soalnya udah lama engga beli yang model tradisional gini. Tapi setelah makan 1 malah pengen nambah lagi..



Menurut penjualnya, sehari dia bisa jual hingga 300 pcs. Kue leker ini dibuat dari tepung terigu, telur ayam, gula, cokelat, kacang dan pisang. Tepung, telur ayam, dan gula dibuat adonan dalam kaleng. Kemudian adonan dituangkan dengan sendok ke wajan kecil. Wajan kemudian diputar-putar sehingga adonan pun menyebar dan menjadi tipis. Setelah agak kering pisang, coklat, kacang dan gula diletakkan di atas adonan.

BAKMI KADIN:
Bakmi Kadin, Bakmi Jowo Super Laris
07/02/2006 11:18


Liputan kali ini adalah special request dari Ibu Pemred yang merasa terusik karena saya jarang sekali membahas mie di kolom wisata kuliner. Akhirnya Beliau merekomendasikan salah satu rumah makan bakmi paling beken di Jogja, Bakmi Kadin. Bakmi Kadin yang sudah melayani masyarakat sejak 1947 ini beralamat di Jl. Bintaran Kulon no.3 dan 6. Nama Kadin diambil dari bangunan Kamar Dagang dan Industri yang berada tepat di sebelahnya. (Lho, memang Kadin sudah ada di tahun 1947?)

Ternyata kebekenan Bakmi Kadin memang bukan isapan jempol belaka. Ketika saya datang kemarin malam (Senin), rumah makannya yang cukup luas ini dipadati puluhan pengunjung. Meja-meja makan besar dengan banyak kursi hampir 75 persennya terisi orang-orang yang ingin menikmati bakmi Jowonya yang khas. Di dinding tampak foto-foto para pesohor yang pernah mampir ke Bakmi Kadin.

Malam itu saya ditemani seorang sahabat untuk menjajal bakmi yang super laris ini. Kami memesan bakmi goreng dan godog sambil ditemani wedang bajigur yang juga menjadi ciri khas Bakmi Kadin. Bakmi godog pesanan saya datang duluan. Tampilannya biasa saja, malah mengingatkan pada hidangan supermi di rumah. Namun porsinya memang cukup menggiurkan. Tak lama menanti, bakmi gorengnya datang. Terus terang terlihat lebih menggoda dan berwarna daripada bakmi rebus yang pucat.

Karena masih panas, saya mencicipi kuahnya terlebih dahulu. Kuahnya gurih dan beraroma udang serta terasa sekali legitnya telur bebek. Meskipun kuahnya nikmat, saya tidak terlalu berselera dengan mienya. Sebenarnya ini yang membuat saya selama ini menolak membahas bakmi Jowo. Saya suka mie yang al dente, yang dimasak pas, tidak terlalu matang dan lunak. Padahal bakmi Jowo biasanya terkenal karena mienya yang lembek dan sangat matang, atau istilah Jawanya nyemek (apalagi karena ini bakmi godog, nyemeknya semakin terasa).

Bakmi gorengnya sami mawon. Lembek dan lengket. Tapi saya lebih suka versi gorengnya ini, gurihnya pas, dan kelegitan telur bebeknya benar-benar lezat. Yang benar-benar menyenangkan adalah wedang bajigurnya yang hangat, manis, dan beraroma jahe dengan potongan-potongan kecil kelapa muda yang terasa kenyal dan gurih. Sangat nikmat untuk diminum di malam yang dingin.

Kejutan lainnya terjadi di meja kasir. Lagi-lagi teori beken = (agak) mahal terbukti. Sepiring bakmi Jowo dihargai Rp 10.000. Kalau tidak pakai telur Rp 7000, versi istimewa Rp 14.000 dan yang spesial Rp 19.000. Terasa semakin mahal karena sebenarnya tidak terlalu sesuai dengan selera saya. Tapi bila Anda memang penggemar bakmi Jowo yang nyemek, saya jamin Bakmi Kadin akan memuaskan selera Anda. (ang)

GUDEG JOGYA
Berburu Gudeg di Kawasan Wijilan
28/06/2007 10:43


Berbicara tentang Jogja, tidak akan pernah lepas dari makanan manis berbahan dasar nangka muda ini. Bagi para pencinta gudeg, maka jalan Wijilan yang terletak di sebelah timur alun-alun utara pastilah akrab di telinga. Di sini berjejer sekitar 10 penjual gudeg kering dengan interior bersaing. Padahal dulu, sebelum menjadi sentra gudeg, hanya terdapat sekitar 5 penjual gudeg dengan interior sederhana.

Warung-warung gudeg yang bisa dibilang pelopor berjualan di daerah ini adalah gudeg Bu Slamet dan gudeg Yu Djum. Keduanya telah mulai membuka usaha gudeg sejak tahun 1946, hanya berjarak satu tahun dari proklamasi RI. Menurut ibu Suharto, putri ketiga pemilik warung makan gudeg Bu Slamet ini, pada umumnya usaha gudeg yang terdapat di kawasan Wijilan merupakan warisan turun temurun.

Bertahan dari tahun 1946 bukanlah hal yang mudah. Karenanya, tak heran bila saat ini warung-warung gudeg tersebut lebih terdengar dari warung gudeg lainnya. Beliau menyatakan bahwa sudah beberapa kali warung makannya dikunjungi oleh artis ibu kota, seperti Yana Julio dan tim Pemburu Hantu.

Menyimak Jalan Wijilan dewasa ini, suasana khas jogja tempo dulu masih lumayan terasa. Selain tetap tidak ada bangunan bertingkat, jalan utamanya pun belum mengalami pelebaran jalan. Namun, karena dijadikan sebagai salah satu kawasan kunjungan wisata, Wijilan sekarang nampak tersusun lebih rapi dan bersih demi kenyamanan para wisatawan. Yang juga berubah mungkin dari kuantitas penggunaan sepeda kayuh atau onthel sebagai sarana transportasi yang kini telah tergantikan dengan sepeda motor.

Memilih kawasan ini sebagai tempat untuk mengisi perut rasanya memang pilihan yang tepat. Selain berada di pusat kota Jogja, Jalan Wijilan juga tidak terlampau padat lalu lintasnya. Tidak banyak pengendara motor atau mobil yang memilih jalan ini sebagai jalur utama, mungkin karena jalan yang termasuk kecil. Karenanya para pengunjung bisa menikmati makanannya tanpa banyak menghirup polusi dari asap kendaraan bermotor. Bukan hanya untuk makan siang ataupun malam, para pengunjung juga bisa sarapan di kawasan ini. Warung-warung gudeg di Jalan Wijilan kebanyakan telah buuka mulai pukul enam pagi dan tutup pada pukul sembilan malam.

Menjelang musim liburan sekolah atau mendekati lebaran seperti saat ini Jalan Wijilan biasanya dipenuhi oleh pengunjung dari luar kota, baik untuk membeli oleh-oleh ataupun sekedar untuk santap siang. Berbeda dengan gudeg basah, gudeg kering mampu bertahan selama dua hari, oleh karena itu gudeg wijilan seringkali dijadikan alternatif bekal makan untuk berbagai perjalanan. Mengenai harga, gudeg Wijilan pun relatif terjangkau, tergantung wadah yang digunakan dan lauk pauk yang dikehendaki.

Sentra Makanan Khas Bakpia
09/08/2006 20:33


Ingat bakpia, ingat camilan yang berbahan dasar kacang hijau, oleh-oleh dari Jogja. Memang tidak sulit mencari makanan yang satu ini. Karena terkenalnya sebagai makanan khas Jogja, hampir setiap toko oleh-oleh yang tersebar di seluruh Jogja menawarkan bakpia sebagai oleh-oleh. Merek yang terkenal pun menjadi pilihan bagi para wisatawan yang tidak ingin terlalu pusing memilih.

Tapi tahukah Anda kalau pusat bakpia ini sebenarnya tidak jauh dari jalan Maliboro? Bagi yang sudah sering ke Jogja, mungkin lokasi ini sudah menjadi lokasi kunjungan reguler saat berkunjung ke Jogja. Tapi buat yang belum, tidak akan sulit mencari daerah yang berada di sepanjang Jl. K.S Tubun ini. Bertanyalah kepada tukang becak, andong, dokar, dan juga taksi yang Anda temui, maka Anda akan diantar sampai ke tujuan.

Daerah sentra pembuatan bakpia ini bernama Pathuk. Jangan salah dengan daerah Pathuk yang terletak di Gunungkidul, daerah Pathuk ini terletak di tengah-tengah kota Jogja. Jika diantar oleh becak dan transportasi umum yang lain kecuali bis, besar kemungkinannya Anda akan diantar menuju toko yang sudah terkenal di jalan itu, atau mungkin toko yang dimiliki oleh teman atau saudaranya. Sebenarnya ada cara yang lebih menarik dan lebih dari sekedar datang ke suatu toko dan membeli oleh-oleh. Namun tentu saja cara ini hanya cocok bagi Anda yang mau menjadikan pencarian oleh-oleh sebagai petualangan, sekaligus olahraga jalan sehat.

Di sepanjang Jl. K.S tubun ini memang berjajar toko oleh-oleh dengan bakpia sebagai daya tarik utamanya, tetapi bukan itu yang menarik. Pathuk terkenal sebagai sentra pembuatan bakpia, jadi mayoritas warganya membuat bakpia untuk dijajakan. Keterbatasan lahan tanah, dan tentunya biaya membuat warga di sekitarnya tidak bisa berjualan di toko, melainkan di rumah-rumah mereka masing-masing. Anda tidak akan menemui merek bakpia terkenal di sana, tetapi Anda dapat berburu citarasa bakpia yang sesuai selera Anda dan keluarga.

Gang utama paling menonjol yang dapat anda kunjungi berada di sebelah kanan Jl. K.S Tubun dari arah timur. Carilah terlebih dahulu gang yang di depannya terdapat plankat besar bertuliskan 'Sentra Makanan Khas Bakpia'. Di gang itulah Anda dapat berjalan-jalan dan menemui banyak rumah yang siap dengan pemilik dan bakpia buatan mereka sendiri. Umumnya mereka akan menawarkan kepada Anda untuk mencicipi terlebih dahulu sebelum membelinya. Apabila tidak cocok dengan selera, teruslah berburu dari rumah ke rumah sampai menemukan yang pas dengan lidah. Namun jangan hanya mencicipi semua tempat akhirnya tanpa membeli sama sekali, Anda bisa dituduh hanya mencari makan gratis saja.

Rasa bakpia kini bermacam-macam, sesuai kreasi para pembuatnya. Kalau dulu hanya kacang hijau, sekarang Anda dapat menemukan rasa coklat, nanas, keju, dan lain sebagainya. Yang tidak berubah, bakpia rasanya manis dan bentuknya relatif dari dulu sama, bulat dan pipih. Biasanya bakpia ditaruh dalam sebuah kotak kecil yang nantinya diisi dengan kurang 21 buah bakpia. Pembeliannya dihitung setiap kotak dengan satu macam rasa saja.

Harga bakpia home indutri ini biasanya relatif lebih murah, atau maksimal sama dengan yang dijual di toko-toko. Walau begitu, terkadang memang ada juga yang menawarkan dengan harga tinggi, tetapi Anda masih bisa menawarnya, terlebih jika Anda membelinya dalam jumlah yang besar. Kalau Anda menemukan rumah dengan bakpia yang pas dengan selera Anda, jadikan langganan untuk kunjungan berikutnya, dan kenalkan pula dengan teman, rekan kerja dan saudara Anda. Selamat Berburu!(titi)